Bandung, JurnalMedia.com – Cabai akhir-akhir ini menjadi perbincangan panas karena harganya yang mencapai Rp 150ribu per kilogramnya. Tentunya harga pedas ini membuat masyarakat termasuk pedagang-pedagang kecil kebingungan. Namun menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan, krisis ini bukan hanya cabai, tapi juga pangan. Bahkan masalah ketersediaan pangan ini jadi ancaman seluruh dunia.
Sebenarnya kata Netty, antisipasi kenaikan harga pangan ini sangat sederhana, yakni dengan memaksimalkan pemanfaatan pekarangan rumah. Masyarakat diajak ramai-ramai menanam sayur-sayuran dan buah-buahan di halaman rumahnya, baik dengan metode tanam di pot, vertikultur (cara tanam bertingkat) maupun hidroponik. Apabila dirancang, ditata dan dikelola dengan baik, selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga.
Netty juga mengungkapkan, selain ketersediaan pangan minimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ada tiga hal lain yang menjadi indikator ketahanan pangan yaitu akses, baik akses langsung maupun akses ekonomi (mendapatkan bahan pangan dengan membeli), pemanfaatan bahan pangan menjadi memenuhi nilai gizi, serta stabilitas.
Netty memaparkan hal tersebut pada acara Launching Gerakan Tanam (GERTAM) Cabai dan Sayuran Lainnya di Lahan Pekarangan se-Jabar dan Penerimaan Tanaman Cabai dalam Polybag di Kantor BPTP Jabar, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang Kab. Bandung Barat, Rabu (8/2/2017).
Menurut Netty, program Gertam Cabai dan Sayuran ini penting diikuti masyarakat, karena selain menghemat pengeluaran rumah tangga dan menjamin kecukupan gizi keluarga, juga dapat mengurangi krisis pangan di negeri yang terkenal subur ini.
“Negeri kita negeri subur, tapi nilai impor pangan mencapai USD 6,16 milyar, bukan rupiah lagi,” kata Netty dalam sambutannya.
“Mengapa kita tidak tanam sendiri, setidaknya untuk kebutuhan keluarga. Toh negeri kita kan subur. Jangan jadi tikus mati di lumbung padi”, sambungnya.
Komentar