Lampung Tengah, Jurnalmedia.com – Proyek pembangunan jembatan penghubung antara kampung Gedung Harta dan kampung Lingga Pura menuai protes dari masyarakat Selagai Lingga, pasalnya pekerjaan proyek jembatan tersebut diduga asal jadi. Warga setempat menemukan banyak retakan pada bangunan utama jembatan, pondasi yang seharusnya kokoh juga kualitasnya sama banyak ditemukan retakan. Tidak hanya itu, pilar atau tiang pembatas yang ada ditepi jalanyang hanya asal jadi ketika terkena guyuran hujan yang agak deras tiang sudah pada miring
Disaat beberapa awak media, termasuk wartawan jurnalmedia.com melakukan pantaun dilokasi bersama masyarakat setempat tidak menemukan adanya plang atau papan kegiatan. Berdasarkan sumber data LPSE kabupaten lampung tengah, pembangunan jembatan itu menelan biaya Rp. 2,4 miliar. jumlah yang sangat fantastic untuk pembangunan jembatan yang kwalitasnya diragukan oleh masyarakat.
Salah satu perwakilan warga Selagai, Yus (39 yang ikut turun kelokasi proyek sangat menyayangkan buruknya kwalitas jembatan yang disuga asal jadi tersebut.
“Saya selalu mantau pembangunan jembatan ini sejak awal, saya lihat banyak sekali retakan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana atau ambruk dan menelan korban jiwa. Sayangnya setiap saya masuk kelokasi ini, saya tidak pernah melihat pengawas lapangan ataupun PPTK dari dinas PUPR. waktu itu saya sudah sempat tegur tukangnya, prihal pondasi jembatan yang retak, namun kepala tukang hanya diam,”ucapnya kepada wartawan, Selasa (4/12/2018).
Hal senada juga disampaikan oleh Rajo Nyinang (40), menyayangkan pembangunan jembatan yang terkesan asal jadi. ”Kalau belum dipakai saja sudah retak begini apalagi nantinya kalau sudah dioperasikan, kami khawatir bisa menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat pengguna jalan ini,” ujarnya.
Ditambahkannya, masyarakat menginginkan Dinas terkait dalam hal ini Dinas PPUPR Lampung Tengah bisa turun langsung ke lokasi agar tahu kalau pekerjaan jembatan penghubung dua desatersebut terkesan asal-asalan.
“Saya himbau kepada Dinas PUPR lampung tengah agar turun kelapangan langsung, untuk melihat retakan yang terjadi, harapan saya baik itu Kabid Bina Marga ataupun pengawas lapangan agar bisa bersama-sama konsultan pelaksana turun kelapangan, cros ceck pekerjaan yang diduga asal jadi, karena kalau sudah serah terima pekerjaan jembatan ini, si pemborong akan pergi dan entah kapan dia bakal masuk lagi, sedangkan kami warga Selagai Lingga, khususnya pengguna jalan ini, yang bakal nangung resikonya,” pungkasnya
Sementara itu salah seorang warga mencoba membangun komuniksai dengan pelaksana teknis dilapangan Moko via telepon seluler (ponsel) menanyakan hal yang sama terkait retakan pada jembatan yang masih dalam proses pembangunan tersebut. Dengan nada tinggi dan terkesan provokatif moko menjawab. “Gini aja pak, kalau bapak mau liput, liput aja, kalau bapak mau lapor ya laporin aja, saya ini hanya kuli, tapi kalau secara tehnik saya siap bertanggung jawab, tapi kalau masalah KUHAP atau masalahlainnya bapak bisa telpon langsung ke yang lainnya. Kalau soal bangun jembatan saya ahlinya, bukan cuma di Indonesia saja, bahkan sampai Australia, saya kontrak dengan dinas PU bukan dengan kalian,” ucapnya seraya memutus sambungan telepon.
Semula masyarakat bermaksud hendak menanyakan penyebab keretakan bangunan, karena terprovokasi dengan jawaban oknum pelaksana teknis yang terkesan menantang. membuat masyarakat geram, akhirnya masyarakat sepakat memasang plang dan melakukan penyegelan dengan tujuan, agar pekerjaan diistirahatkan sementara waktu, sampai pejabat terkait bisa turun langsung kelapangan.
Sampai berita ini diterbitkan belum ada satupun pejabat terkait dari dinas PUPR yang bisa dihubungi, salah satunya sekertaris binamarga yang beberapa kali dihubungi via ponsel, namun jaringan selalu sibuk.
(Agus/Suhaidin)
Komentar