Bandung, Jurnalmedia.com – Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat diharapkan untuk bisa menjadi mandiri energi, komunikasi dan mandiri pangan. Masyarakat juga bisa diberikan edukasi atau pemahaman tentang sampah plastik bisa didaur ulang menjadi energi atau minyak melalui proses teknologi untuk kelangsungan hidup manusia. Sehingga sampah plastik tidak membahayakan, bahkan bila mampu mengolahnya bisa menguntungkan secara ekonomi.
Hal itu diungkapkan Kepala Staf Kodam (Kasdam) III/Siliwangi Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo saat berkunjung ke kawasan pembibitan Sektor 4 Satgas Citarum Harum di Sub Pos Desa Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, Jumat (5/6/2020).
Kunjungan Kasdam tersebut, didampingi Komandan Sektor 4 Satgas Citarum Harum Kolonel Inf Asep Nurdin, Komandan Kompi (Danki) Satgas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya Lettu Arh Dwi Iswantoro dan personil Satgas lainnya.
Dalam kunjungannya, Kasdam III/Siliwangi memberikan pembinaan terhadap jajaran TNI berkaitan dengan kondisi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, sekaligus menyampaikan tentang peranan TNI dalam upaya membantu masyarakat khususnya tentang kebutuhan pangan atau kebutuhan bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
” Sumber pokok atau makanan (pangan) sangat penting untuk asupan gizi di dalam tubuh manusia, asupan gizi atau makanan bisa membuat orang itu pintar, percaya diri dan memiliki karakter yang baik. Sehingga asupan gizi makanan itu sangat penting untuk menentukan kualitas seseorang,” kata Kasdam.
Meski bahan pokok itu sempat tak dilirik lanjutnya, tetapi yang namanya bahan pokok baik itu negara maju tetap dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan makan. Ia mengatakan, negara industri salah satunya yang bergerak dalam bidang pertanian, tetap membutuhkan teknologi untuk mengolah lahan pertanian padi maupun tanaman lainnya.
“Yang jelas, tanah sebagai tempat kita berdiri dan berkomunikasi dengan sesama manusia sangat dibutuhkan untuk sumber penghidupan. Apakah itu dijadikan lahan pertanian padi atau hal lainnya. Hal itu bergantung pada profesinya masing-masing dan bergantung pada nilai kebutuhannya,” ucapnya.
Menurutnya, potensi alam dan komunitas yang ada ini, bergantung pada batas kemampuan dan nilai kemampuan seseorang manusia. Misalnya, orang tersebut memiliki kemampuan dalam bidang pertanian, sehingga mereka bisa memanfaatkan keahliannya dalam bidang pertanian dengan menerapkan teknologi pertanian .
” Begitu juga dalam bidang industri, semakin jauh jaraknya akan semakin besar kost atau anggaran yang dikeluarkan. Berbagai potensi yang ada itu, orang nantinya akan memilah berdasarkan pada batas kemampuan dan nilai kemampuannya. Misalnya, orang tidak memiliki kemampuan untuk bertani tidak bisa dilaksanakan dan bisanya di pabrik, itu sesuai dengan batas kemampuan dan nilai kemampuan,” tuturnya.
Ia pun mengajak kepada masyarakat untuk memiliki optimisme dalam membangun ekosistem di daerah. Nilai optimis harus dijadikan progres kerja. ” Memiliki nilai optimis dalam kerja bisa jadi cambuk dan motivasi untuk kemajuan. Sebaliknya, jika pesimis, nilai kerjapun bisa jadi rendah. Hal itu tak lepas dari ruh keyakinan,” ujarnya.
Ia juga berharap, untuk menentukan masa depan bangsa yang lebih baik dan maju, harus memiliki masa depan bangsa yang kritis. Untuk mengimbangi hal itu, berbagai aturan atau regulasi harus mengikuti tren berpikir manusia sekarang ini,” tegasnya.
Red
Komentar