Bandung, JurnalMedia.com – Sejalan dengan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah pusat, Kota Bandung tahun ini fokus pada penguatan kesehatan keluarga. Berbagai program telah dicanangkan untuk mendukung gagasan tersebut.
Hal itu disampaikan Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-53 tingkat Kota Bandung di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung, Minggu (12/11/2017).
Ridwan telah menginstruksikan jajaran Dinas Kesehatan untuk memperbanyak inovasi program peningkatan kesehatan keluarga.
“Program Kekasih kan sudah, (itu soal) kesehatan mental keluarga. Kesehatan lingkungan juga,” ungkap Ridwan.
Ia menerjemahkan kesehatan lingkungan itu menjadi dua agenda besar, yaitu kesehatan lingkungan dari limbah sampah dan limbah asap rokok.
“Karena asap rokok ini kita hitung sebagai limbah yang membahayakan kesehatan, maka saya sudah mengeluarkan peraturan wali kota,” imbuhnya.
Kota Bandung memang telah memiliki peraturan khusus tentang Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR). Di dalamnya mengatur batasan-batasan ruang yang boleh dan tidak boleh terpapar asap rokok. Tujuannya untuk menjaga hak-hak perokok tanpa mengganggu hak menghirup udara bersih bagi yang bukan perokok.
“Mungkin ini tidak banyak di Indonesia, tapi kita sudah lakukan dengan perlindungan peraturan agar tempat-tempat khusus tertentu dijauhkan dari asap rokok,” jelasnya.
Komitmen pemerintah kota untuk menjaga indeks kesehatan Kota Bandung tetap tinggi juga diwujudkan dengan program pelayanan kesehatan dari hulu. Caranya adalah dengan memberikan pelayanan prima pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, yaitu puskesmas.
Telah ada 8 puskesmas yang beroperasi selama 24 jam penuh. Belum lagi puskesmas-puskesmas yang memiliki pelayanan khusus, seperti pelayanan ramah anak di Puskesmas Garuda. Hal itu bisa memperkecil jumlah pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit.
Pasalnya, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat, rumah sakit-rumah sakit di Kota Bandung juga menjadi rujukan pasien dari kota/kabupaten lain di Jawa Barat. Hal itu secara tidak langsung terkadang membuat warga Bandung sendiri, khususnya yang miskin, kesulitan mendapatkan pelayanan rumah sakit.
“Makanya orang Bandungnya saya tambahi dengan kesehatan lewat Layad Rawat itu. Supaya nggak usah sedikit-sedikit ke rumah sakit,” tandasnya.
Red
Komentar