Bandung, Jurnalmedia.com – Film remaja bertajuk “Rompis” hingga Sabtu, (25/6/18). Masih tetap bertahan dibioskop-bioskop Indonesia, pasalnya masih banyak penonton yang penasdaran dengan cerita film tersebut.
Ada yang menarik dari film “Rompis” (Roman Picisan) ini. Ternyata hasil dari pemantauan dibeberapa bioskop di Bandung. Ternyata penontonnya, tidak melulu kaum remaja.
“Karena saya sempat mengikuti sinetronnya dan kebetulan saya suka ceritanya. Jadi harus lah…nonton filmnya. Jadi ingat jaman SMA dulu hehehe… ,” kata Sherly warga Komplek Arcamanik Bandung. Ketika mengantri tiket di salah satu bioskop di Bandung.
“Ya…anggap saja nostalgia, kebetulan anak-anak saya sudah memasuki masa remaja,” katanya Sherly yang saat itu datang bersama sauami dan kedua orang anaknya yang memeang sudah dewasa.
“Biasa kang, nganter yang lagi nostalgia hehehe…,” tambah salah satu anaknya yang beranama Alvin.
Film ROMPIS merupakan film yang diambil dari Novel “Roman Picisan” yang ditulis oleh H. Eddy D. Iskandar.
Setiap Sutradara juga penulis Skenario yang menggarap sebuah film berdasarkan Novel, pasti memiliki tafsir dan visi yang berbeda denga Sutradara lainnya yang pernah menggarap Novel yang sama. Itu terlihat dari hasil garapan Sutradara Monty Tiwa dan penulis Skenario Haqi Ahmad ketika mengadaptasi Novel “Roman Picisan”. Setidaknya dibandingkan dengan film sebelumnya yang dibintangi Rano Karno dan Lidya Kandou (1980). Cerita film seolah melanjutkan kisah masa SMA ke masa kuliah di Belanda.
Dengan kecanggihan teknologi dan pengalaman menyutradarai sekian banyak film yang mendapatkan Penghargaan di Festival Film, Monty Tiwa memilih menyajikan sebuah tontonan yang menghibur – konfliknya tidak terlalu tajam, tapi dekat dengan emosi remaja bahkan mereka yang mengalami masa remaja. Tak ada peran orangtua, dengan kekuatan akting empat pemain hampir sepanjang film, benar2 membuat film ini “milik” remaja dan yang merasa pernah remaja.
Tentu saja popularitas pemain dan filmnya tak lepas juga dari novel dan drama seriesnya yang digarap Yogi Yose berdasarkan skenario Donna Rosamayna.
Selebihnya melalui film ini, juga drama seriesnya, membuat remaja keranjingan buat puisi dan membaca puisi.sebuah apresiasi yang baik.
Tan
Komentar