Bandung, jurnalmedia.com – Museum Konfrensi Asia-Afrika (KAA) bekerja sama dengan Universitas Telkom Bandung menggelar acara bertajuk International Students Gathering (ISG) di Ruang Pameran Tetap Museum KAA Jalan Asia Afrika No.65 Bandung, Selasa, (24/04/2018). ISG merupakan bagian dari rangkaian acara Peringatan 63 Tahun KAA di Museum KAA.
Acara dibuka oleh Kepala Museum KAA, Meinarti Fauzie. Selain itu, turut hadir pula Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri, Daniel Tumpal Simanjuntak dan Rektor Universitas Telkom, Professor Mocnamad Ashari. Keduanya berbicara soal Indonesia-Africa Forum (IAF) dalam sesi pemaparan.
Sesi pemaparan diikuti sesi diskusi. Puncaknya adalah mingling session di mana para peserta yang berasal dari berbagai negara dan universitas berkesempatan untuk bertukar Informasi dan membangun jejaring kerja.
“Museum KAA sengaja memilih topik IAF pada acara ISG kali ini, dikarenakan sejalan dengan visi perhelatan IAF yang teiah digelar sebelumnya di Bali pada 10-11 April 2018. Dengan demikian, melalui acara ISG Museum KAA hendak memberikan kesempatan bagi para mahasiswa asing, khususnya mahasiswa asal Afrika yang sedang menempuh studi di Indonesia untuk memperoleh perkembangan terkini soal hubungan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika,” ucap Meinarti Fauzie
Berbeda dengan pelaksanaan ISG pada peringatan KAA tahun 2017 lalu, 150 peserta lSG pada tahun ini datang dari Bandung dan berbagai kota di luar Bandung, seperti Jakarta, Malang, Surabaya, dan Bogor.
Museum KAA telah rutin menggelar ISG sejak tahun 2016. ISG merupakan salah satu hasil kesepakatan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika yang dilaksanakan oleh Museum KAA pada tahun 2015. ISG diharapkan berperan sebagai forum komunikasi mahasiswa internasional yang tengah menempuh studi di Indonesia, khususnya di Kota Bandung.
ISG tak Iepas dari warisan intelektual Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 yang bertujuan untuk menciptakan sebuah platform kerja sama antar bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam berbagai bidang. Konferensi itu juga mendorong negara-negara Asia dan Afrika yang masih terjajah untuk meraih kemerdekaan dan memperjuangkan hak untuk menentukan nasib sendiri (self-determination).
KAA melahirkan Sepuluh Prinsip Bandung atau populer sebagai Dasasila Bandung. Nilai-nilai, seperti kesetaraan, toleransi, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai adalah intisari dari Dasasila Bandung. Nilai-nilai itu hingga kini dalam hubungan internasional masih relevan.
Dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai itu tak hanya periu terus dilestarikan tapi juga diterapkan sebagai panduan dalam membangun kerja sama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta menyentuh para pemangku kepentingannya, terutama generasi muda.
Tn
Komentar