Bandung, Jurnalmedia.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memulai kampanye #PelajarBeraniMandiri di Jalan Merdeka Kota Bandung, Rabu (7/3/2018). Ratusan anak yang bersekolah di SDN 113 Banjarsari, SDN Merdeka, Sekolah Santo Yusuf, dan Sekolah Santa Angela tidak lagi diantar oleh orang tua sampai di depan sekolah.
Kampanye #PelajarBeraniMandiri adalah program Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung untuk mengatasi kemacetan di sepanjang Jalan Merdeka akibat antrean kendaraan pengantar anak-anak di 4 sekolah yang ada di sana, yaitu Sekolah Santa Angela, SDN 113 Banjarsari, Sekolah Santo Yusuf, dan SDN Merdeka. Program tersebut mengajak kepada orang tua atau pengantar anak agar tidak menurunkan anaknya di depan sekolah.
Sebagai gantinya, Dishub Kota Bandung menyiapkan 6 titik menurunkan penumpang (drop-off), yaitu di Taman Sejarah, Plaza Balai Kota Bandung, Merdeka Arcade FO, Circle K Jalan Aceh, CIMB Niaga Jalan Lembong, dan halaman Polrestabes Bandung. Dari titik drop off, para siswa akan berjalan kaki menuju sekolah didampingi para relawan dan petugas sampai ke titik penyeberangan. Saat akan menyeberang, sudah ada pula petugas, para guru, dan polisi yang akan membantu.
Kepala Dishub Kota Bandung, Didi Ruswandi mengungkapkan, banyak manfaat yang bisa dirasakan melalui program ini. Selain mengurai kemacetan, kampanye berjalan kaki ini juga mendidik kemandirian pada anak.
“Bagi anak-anak, ini adalah pembangunan karakter.. Bagi lingkungan (manfaatnya) adalah untuk mengurangi polusi dan kebisingan. Kalau dari lalu lintas, ini bisa mengurangi kemacetan. Jadi multidimensi, banyak yang bisa diselesaikan dengan eco-transport (transportasi ramah lingkungan-red),” ucap Didi.
Didi menambahkan, anak-anak sekolah dipilih menjadi sasaran kampanye ini karena di usia mereka kepribadian dan karakter masih mudah dibentuk. Anak-anak lebih mudah menangkap pesan sehingga kelak di usia dewasa, mereka bisa memahami bahwa menggunakan moda transportasi ramah lingkungan lebih bermanfaat dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Sebab kini 80% warga Kota Bandung lebih memilih kendaraan pribadi untuk bermobilisasi.
“Mereka lebih mudah membentuknya, pola pengajarannya seragam, kalau kampus kan ada pagi siang sore, kalau sekolah kan sama. Lagi pula golden age kan memang di usia mereka, khususnya sampai SMP. SMA mindsetnya sudah terbentuk,” imbuhnya.
Didi pun mengimbau kepada masyarakat agar mulai beralih moda transportasi kepada yang lebih ramah lingkungan.
“Kepada masyarakat kami mengajak untuk bermobilitas dengan transportasi yang ramah lingkungan, jalan kaki, bersepeda, dan kendaraan publik. Kalau mau kendaraan pribadi silakan berkendara bersama, manfaatnya banyak,” pesannya.
Kegiatan ini disambut baik oleh para siswa, terlihat sejak pukul 06.00 WIB, sudah banyak anak yang terlihat berjalan kaki dari arah Taman Sejarah, Polrestabes Bandung, dan Jalan Aceh. Beberapa di antaranya berjalan bersama teman-temannya. Rona bahagia terpancar dari wajah-wajah mereka.
Di antaranya, Unga dan Rifa, Siswa kelas 5 SDN 113 Banjarsari. Pada pukul 06.30 keduanya bersama-sama diantar oleh orang tuanya sampai Jalan Aceh. Mereka lantas berjalan kaki melewati trotoar Jalan Merdeka. Keduanya mengaku senang bisa berjalan kaki untuk pertama kalinya ke sekolah..
Tak hanya dirasakan oleh para siswa, manfaat berjalan kaki juga dirasakan oleh para guru. Salah satunya adalah Siti Barkah (42), guru SDN 113 Banjarsari yang juga untuk pertama kalinya ikut berjalan kaki dari Jalan Aceh, meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah.
“Barusan saya juga coba jalan kaki dari sana enak, lihat suasananya beda, banyak yang jalan kaki, di sini biasanya macet, sekarang sudah lumayan lancar, mudah-mudahan bisa lanjut terus,” ujarnya.
Sementara itu, sambutan positif juga diterima oleh pihak sekolah dan para orang tua. Novi (33) guru Sekolah Santa Angela menuturkan, tidak ada komplain negatif dari orang tua kepada sekolah. Meskipun sempat bingung, tetapi pihak sekolah bisa merespon dengan cepat dan baik.
“Awalnya agak kaget, kami juga agak bingung bagaimana tekniknya apakah akan sulit, takut anak akan berceceran. Jadi di pihak sekolah kami sudah menyusun rencana, beberapa guru sudah dibagi ke beberapa titik untuk mengumpulkan anak-anak. Jadi kayaknya sih kalau begini bisa dibilang lancar. Tapi setiap orang kan masih adaptasi,” jelasnya.
Orang tua siswa juga sangat mendukung positif program pemerintah ini. Dani (45) mengaku tidak keberatan mengantar anak tidak sampai depan sekolah. Anaknya yang duduk di kelas 7 SMP Santa Angela pun merasa senang bisa punya kesempatan berjalan kaki ke sekolah.
Hal senada diungkapkan Budi Agung (42) warga Cibolerang yang menurunkan anaknya di Plaza Balai Kota Bandung. Ia setuju jika ada peran pemerintah untuk mengurai kemacetan di sepanjang Jalan Merdeka. Bahkan jika ada kajian lebih lanjut tentang program ini, ia ingin para orang tua juga dilibatkan.
“Sebetulnya menurut saya memang bagus cuma mungkin perlu dilibatkan orang tua dalam hal penanganan kemacetan. Saya pikir yang jadi perhatian kita sebagai orang tua adalah keselamatan pada saat menurunkan si anak,” terangnya.
Selain itu Kepala Bidang Perencanaan dan Pembinaan Transportasi Dishub Kota Bandung, Makmur Situmorang menuturkan, kampanye ini sebetulnya sudah dilaksanakan di wilayah Antapani sejak dua minggu yang lalu. Sebagai pilot project, kampanye di Antapani pun terbilang cukup sukses.
“Karena di sana untuk situasinya relatif lebih terkendali, pengawasannya relatif lebih mudah. Lalu lintasnya tidak sepadat di jalur jalur protokol,” tutur Makmur.
Bahkan, kampanye tersebut telah didukung oleh masyarakat setempat. Warga Antapani telah berkomitmen kawasannya menjadi tempat yang ramah lingkungan. “Semuanya mendukung, jadi kita berharap ini bisa terus berlanjut,” kata Makmur.
Red/JM
Komentar