Bandung, Jurnalmedia.com – Sepanjang Jalan Merdeka tercatat ada empat sekolah di sepanjang jalan itu, yakni SDN 113 Banjarsari, Sekolah Santa Angela, Sekolah Santo Yusup, dan SDN Merdeka. Setiap harinya kendaraan yang parkir di area terlarang itu selalu membuat pengguna jalan lain terganggu dengan banyaknya kendaraan yang parkir untuk mengantar ataupun menjemput anak sekolah, padahal disepanjang jalan tersebut sudah jelas ada rambu-rambu larangan parkir. Tapi pada kenyataannya kendaraan terutama roda empat yang memakan badan jalan tetap saja parkir di area terlarang tersebut.
Dalam hal ini, Relawan Komunitas Bandung Ecotransport, Hendro Talenta mengungkapkan, sekitar 80% anak-anak sekolah di kawasan tersebut diantarkan oleh orang tuanya menggunakan kendaraan pribadi. Maka tak heran kepadatan lalu lintas kerap terjadi di titik itu.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan Bandung Ecotransport tak ingin tinggal diam. Keduanya berkolaborasi untuk menciptakan inovasi yang bisa mengatasi kondisi tersebut. Dibantu oleh organisasi internasional asal Belanda, Hivos, Pemkot Bandung akan menggelar kampanye #PelajarBeraniMandiri.
Kampanye tersebut akan dimulai pada 7 Maret 2018 dan akan berlangsung selama 3 bulan. Setiap hari Rabu, anak-anak diimbau untuk berjalan kaki dari titik pengantaran sampai ke sekolah. Tim relawan telah berkoordinasi dengan setiap sekolah untuk bisa mengimbau orang tua agar mengantarkan anaknya tidak sampai depan sekolah.
“Kita siapkan 6 titik drop-off, yaitu di Taman Sejarah, Plaza Balai Kota Bandung, Merdeka Arcade FO, Circle K Jalan Aceh, CIMB Niaga Jalan Lembong, dan Halaman Polrestabes Bandung. Nantinya akan ada tim, terdiri dari guru, relawan, kewilayahan, dan polisi yang sudah siap di sana,” jelas Hendro dalam Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Kamis (1/3/2018).
Di titik-titik tersebut, para pengantar hanya menurunkan penumpang saja, tidak diperkenankan untuk parkir. Dari sana, para relawan yang akan mengantar anak-anak dengan berjalan kaki ke sekolahnya masing-masing.
Hendro mengungkapkan, selain untuk membiasakan anak-anak untuk berjalan kaki ke sekolah, ajang tersebut juga akan dimanfaatkan oleh relawan untuk pengumpulan data. Data tersebut akan diolah untuk mengukur dampak dari kampanye itu.
“Dari sekarang kita sudah buat data awal. Nanti akan ada perbandingan apakah ada peningkatan kualitas udara dan ada penurunan kemacetan? Pengumpulan data ini kami dibantu oleh Hivos,” jelasnya.
Bagi Dinas Perhubungan, kampanye ini juga menjadi kesempatan untuk mengetahui kelayakan infrastruktur jalanan. “Nanti dishub akan bisa melihat, apakah ada titik trotoar yang perlu diperbaiki, atau zebra cross ada yang perlu ditambah,” imbuhnya.
Ia berharap, selain bisa meningkatkan kesadaran untuk berjalan kaki di jarak yang dekat, infrastruktur bagi pejalan kaki juga bisa ditingkatkan. Hal itu penting agar konsep mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan bisa dilakukan bersama-sama antara masyarakat dengan pemerintah.
Red/JM
Komentar