Bandung, Jurnalmedia.com – Setiap tanggal 8 Maret sluruh dunia memperingati Hari Perempuan Internasional. Salah satu tujuan diperingatinya Hari Perempuan yaitu untuk mencapai kesetaraan gender secara utuh oleh perempuan di seluruh dunia.
Di Kota Bandung, perempuan telah memiliki tempat tersendiri. Perempuan telah memberikan kontribusi yang besar untuk Kota Bandung. Tanpa dukungan perempuan, hampir dipastikan Kota Bandung tak bisa menjadi seperti saat ini.
Berikut Humas Setda Kota Bandung tampilkan 4 perempuan dari jutaan perempuan juara yang telah berkontribusi untuk Kota Bandung:
1. Jesy Salah (Linmas Satpol PP)
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan sebagai garda terdepan penegak Peraturan Daerah (Perda). Salah satu yang paling sering disorot yaitu penegakan Perda K3. Tak jarang, Satpol PP Kota Bandung harus bergesekan dengan para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dinilai melanggar Perda K3.
Namun berkat keramahan, senyum, serta paras cantik menjadi jurus luluhkan hati para pelanggar. Itu juga yang sering harus dilakoni oleh Jesy Salah (32). Kecintaanya terhadap Kota Bandung membuatnya bangga menjadi anggota Linmas Satpol PP. Linmas Satpol PP adalah orang yang direkrut untuk membantu tugas-tugas Satpol PP.
“Tak jarang saat kita akan melakukan penertiban, malah dimarah-marahi. Tetapi itu saya jalani dan nikmati saja. Saya jadi punya banyak teman dan pengalaman yang berharga saat menghadapi orang,” kata Jesy jebolan Politeknik Kesehatan yang kini tengah bersemangat menempuh jenjang pendidikan S1.
2. Mimin (Petugas Kebersihan)
Mimin (36) adalah salah satu dari banyaknya petugas penyapu jalan di Kota Bandung. Banyak kisah selama hampir 2 tahun menjadi penyapu jalan. Dari terserempet motor hingga dimaki warga.
Mimin bertugas menyapu kawasan alun alun kota Bandung ini bekerja dari pukul 13.00 WIB hingga 17.00 WIB. Ia masih sering menemui warga yang buang sampah sembarangan. Padahal sudah jelas Ia sedang menyapu untuk membersihkan sampah di jalan.
“Masih banyak yang suka buang sampah, kalau keliatan saya tegur baik-baik, tapi kadang ada juga yang malah balik memarahi saya. Ada juga yang ketika ditegur langsung mengambil kembali sampahnya dan membuang pada tempatnya,” cerita ibu tiga anak ini.
Baginya, ada rasa kepuasan tersendiri jika melihat kawasan Alun-alun bersih dan didatangi banyak orang. Apalagi, pekerjaan yang ditekuninya saat ini mampu membantu kehidupannya sehari-hari..
“Jadi semangat kalau melihat orang lain senang datang ke Alun-alun,” akunya.
3. Widia Supandi (Guru SD Dewi Sartika).
SD Dewi Sartika, Balonggede di Jalan Kautamaan Istri No. 12 sebenarnya sekolah umum biasa.. Namun, di sekolah ini sekitar 60 persen siswanya difabel. Hal ini seperti yang dicita-citakan oleh Dewi Sartika saat mendirikan sekolah istri sekitar 113 tahun yang lalu. Semua anak berhak memperoleh pendidikan yang setara.
Hal itu juga yang sepertinya menginsiprasi Widia untuk terus mengayomi siswa-siswanya di SD Dewi Sartika. Dengan kesabaran dan ketekunannya, Widia mendidik siswa-siswa difabel.
“Mengajar memang panggilan hati bagi saya,” kata Widia.
Widia mengaku, tidak mengalami banya kendala saat mengajar para siswanya. Ia hanya perlu menyesuaikan dengan materi yang dinilainya bias diikuti oleh peserta didiknya.
“Siswa difabel mampu melakukan hal sama, hanya caranya yang berbeda. Tentunya kita harus lebih banyak bersabar. Kita harus paham cara mereka memahami,” ungkapnya.
Widia hanya berharap, hal yang diberikan olehnya bisa bermanfaat bagi anak-anak didiknya di masa yang akan datang.
Saat ini, salah satu yang sering jadi bahan perbincangan wisatawan lokal yaitu Bandung Tour on Bus (Bandros). Salah satu tour guide Bandros yaitu Ayu. Ia mengaku sangat menikmati menjadi pemandu wisata di bus Bandros.
“Alhamdulillah saya hobinya ngecebrek (cuap-cuap) jadi saya menikmati pekerjaan ini,” ungkapnya di sela rehatnya di kawasan Alun-alun Kota Bandung.
Interaksi dengan orang baru serta membuat orang lain senang menjadi kebanggan tersendiri bagi ayu untuk terus semangat dalam bekerja.
“Ya selalu ketemu orang baru. Pastinya kita harus membuat orang lain senang naik Bandros dan bukan menjadi bete. Kalau orang lain senang, ada kepuasan tersendiri bagi saya,” kata Ayu.
Selain empat perempuan tadi, banyak perempuan juara lainnya yang kini bekerja untuk Pemkot Bandung. Belum lagi, Pemkot Bandung memiliki banyak program pemberdayaan perempuan khususnya di bidang ekonomi. Di antaranya Program peningkatan perluasan jaringan usaha dan akses permodalan bagi perempuan melalui pengembangan koperasi wanita dan pendidikan kemasyarakatan produktif. Perempuan Kota Bandung, juara!
Red/JM
Komentar