Bandung, Jurnalmedia.com – Bloomberg Philanthropies Initiative for Global Road Safety (BIGRS) bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Kesehatan menguatkan ketersediaan data keselamatan jalan dalam rangka meningkatkan intervensi terhadap perencanaan dan evaluasi di jalan raya bertempat di Hotel Arya Duta Kota Bandung, Selasa (3/4/2018).
Berdasarkan data BIGRS, angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas secara global sejak 2014 mencapai 12,5 juta orang diikuti oleh 50 juta orang cedera dalam setahun.
World Health Organization (WHO) memprediksi, pada tahun 2030 mendatang kecelakaan lalu lintas dapat menjadi pembunuh terbanyak nomor 7 di dunia. Untuk menurunkan angka kecelakaan tersebut penyebab-penyebab kecelakaan perlu analisa agar kecelakaan lalu lintas tersebut dapat diantisipasi.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Siska Gerfianti saat membuka acara tersebut, proses pengumpulan dan pemeriksaan data ini diharapkan dapat dijadikan acuan yang lebih jelas. Pasalnya, data IRSMS (Integrated Road Safety Management System) yang bersumber dari Kepolisian dinilai belum bisa dijadikan acuan untuk memberikan himbauan.
“Sebelumnya dari IRSMS hanya berisi data kecelakaan dan lokasi, sementara yang kita butuhkan adalah data lengkap dari rekam medik, misalkan kecelakaan seperti apa, lukanya dimana, penanganannya bagaimana dan lain-lain,” terang Siska.
Siska mengatakan, pentingnya data tersebut agar dapat dijadikan acuan kebijakan seperti apa yang bisa dilakukan oleh Pemkot Bandung.
“Misalkan di lokasi tertentu banyaknya kecelakaan yang diakibatkan karena tidak pakai helm, atau dari penyebrangan orang yang tidak tertib, atau penggunaan gadget saat mengemudi, jadi bisa kita berikan penanganan dan himbauan yang tepat,” lanjut Siska.
Mengacu pada jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi, Siska khawatir bila kecelakaan lalu lintas bisa menjadi penyebab kematian terbanyak nomor 7 di dunia.
“Kalau tidak terus-terusan kita intervensi, kecelakaan lalu lintas ini bisa menjadi penyebab kematian nomor 7 di dunia,” ungkap Siska.
Menurut Siska, ancaman kematian tersebut patut diwaspadai, ditambah lagi kematian bukanlah satu-satunya akibat yang akan diderita oleh korban kecelakaan lalu lintas. Acara yang diikuti oleh perwakilan ahli rekam medis dari 21 rumah sakit di Kota Bandung yang menyediakan data rekam medis terkait kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung.
“Karena banyak sekali kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia, akibatnya nomor satu kematian, kedua yang paling memberatkan adalah kecacatan berat itu menjadi beban keluarga, yang ketiga yang bahaya adalah cedera sedang-berat,” terang Siska.
Ditambahkannya, kota Bandung bersama BIGRS berupaya memperkuat ketersediaan data keselamatan jalan yang menjadi salah satu elemen dari inisiatif selama 5 tahun ini dalam rangka meningkatkan intervensi terhadap perencanaan dan evaluasi. Bekerjasama dengan 21 rumah sakit di Kota Bandung (20 rumah sakit umum dan 1 rumah sakit khusus bedah) yang dibina oleh Dinas Kesehatan, dilakukanlah pengumpulan dan pemeriksaan data secara sistematis perihal pelaporan kasus kecelakaan dan kematian.
Angka ini bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya diikuti oleh 8 rumah sakit besar seperti Rumah Sakit Hasan Sadikin, RSUD Kota Bandung, dan RS Borromeus.
“Selain 8 rumah sakit tersebut, terdapat juga 2 rumah sakit yang pada tahun 2017 lalu telah menyerahkan data rekam medis kecelakaan lalu lintas tanpa ditunjuk sebagai pilot project BIGRS ini, yakni Rumah Sakit Sartika Asih dan Santosa Central,” tambahnya.
Siska berharap, bertambahnya partisipan dari tahun 2017 lalu sebanyak 10 rumah sakit menjadi 21 dalam pengumpulan data ini dapat menurunkan angka kecelakaan lalu lintas khususnya yang terjadi di Kota Bandung.
“Harapannya di tahun 2019 sudah menurun angka kecelakaan di Kota Bandung,” tutur Siska.
Acara tersebut dibdiikuti oleh perwakilan ahli rekam medis dari 21 rumah sakit di Kota Bandung yang menyediakan data rekam medis terkait kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung.
Red
Komentar