Bandung, Jurnalmedia.com – Sebagai pemimpin harus memiliki mental yang kuat ketika melayani masyarakat. Dari cara memberikan tugas, mengambil keputusan dan pembangunan di kewilayahan. Revolusi mental merupakan hal yang tidak terlepas dari ibadah seluruh umat manusia. Didasari oleh keimanan, maka revolusi mental bisa dihadirkan dalam diri seseorang.
“Dalam menjadi pemimpin harus memiliki mental yang kuat saat berhadapan dengan masyarakat. Revolusi mental sebuah sifat yang tidak terlepas dari ibadah,” tuturnya.
Revolusi mental harus memiliki 4 sifat yang menjadi dasar dalam memimpin sebuah wilayah. Maka dari itu, Oded berpesan, sebagai pemimpin itu yang pertama, jangan remehkan kebaikan orang lain sekecil apapun, kedua hadirkan selalu kebaikan di sekitar kita, ketiga pemimpin bisa memberi arah dengan ahlakul karimah, keempat pemimpin itu melayani tanpa mendzolimi. Karena saat ini banyak pemimpin yang melayani namun dibalik itu, ia mendzolimi masyarakatnya.
“Nah itulah pesan saya, mudah mudahan para peserta yang hadir di kegiatan ESQ ini bisa menjadi pemimpin yang teladan, melayani warganya dengan baik. Insya Allah jika niat kita baik, maka Allah pun akan meridhoi kita,”pungkasnya.
Hal tersebut dikemukakan oleh Wakil Wali Kota Bandung Oded M. Danial saat memberikan arahan pada kegiatan ESQ mengenai Revolusi Mental Langkah – langkah Pembangunan & Budaya Kerja, di Hotel Harris, Jalan Peta Kota Bandung, Rabu (29/3/2017).
Dihadiri oleh seluruh camat se-Kota Bandung dan Branch Manager ESQ Cabang Jawa Barat Dudi Supriadi
Oded menyampaikan, Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi yang luar biasa. Itulah yang menjadikan perbedaan manusia dengan mahluk lainnya.
“Oleh karena itu, apabila kita ingin memiliki mental spiritual yang berkualitas, maka sienergikanlah fitrah yang Allah berikan,” ujarnya.
Menurutnya, revolusi mental itu berhubungan langsung kepada Allah SWT yaitu ibadah.
“Ibadah merupakan salah satu revolusi mental, seperti melaksanakan shalat,”tuturnya
Lanjut Oded menyampaikan, solat itu miniatur kepemimpinan.
“Jadi dikatakan sebagai pemimpin yang bijak, maka solatnya dinilai oleh Allah,” tutur Oded.
Menurutnya sebagai pemimpin tidak cukup hanya solat wajib saja. Bisa dihitung kuantitasnya, jika perhari saja melaksanakan solat wajib hanya 17 rakaat. Kalo dihitung satu rakaat hanya dua menit, maka dalam dalam sehari menghadap Allah hanya 34 menit. Jika dihitung dalam satu bulan hanya 15 jam dan dihitung satu tahun hanya 7 hari atau satu minggu.
“Nah itu menurut mang Oded kurang baik bagi pemimpin menghadap Allah beribadahnya hanya sebentar. Bisa dicontohkan seperti Nabi Muhammad SAW, ia melaksanakan solat sekitar 42 rakaat setiap harinya. Baik wajib mauoun sunnah ia lakukan untuk mendapatkan keridoan dari Allah. Nah itu yang harus menjadi contoh. Setiap ada waktu kita lakukan ibadah kepada Allah. Insya Allah jika terus berdoa dan beribadah di tambah dengan niat yang baik maka pekerjaan kita akan diridhoi olehNya,”tutur Oded.
Selain itu, Oded mengatakan seorang pemimpin harus bisa berbagi kepada sesama, seperti contoh dalam berkurban setiap tahun ia memberikan sebagian rizkinya untuk berkurban dan diberikan kepada staffnya yang belum mampu berkurban.
” Pemimpin itu harus pandai berbagi, sebagai contoh setiap tahun saya memberikan hewan kurban kepada staff saya yang belum bisa berkurban, dengan gajihnya yang dikeluarkan untuk biaya sehari-hari. Maka dari itu, peran seorang pemimpin harus memberikan contoh kepada bawahannya,”jelasnya.
Dan sebagai penutup oded mengatakan, dalam mengeluarkan sebagian rezeki yang didapat, jika tidak mampu untuk berkurban, alangkah baiknya mengeluarkan sedikit sedekah untuk mmbuat sebuah perubahan nyata, seperti gerakan RW mandiri menjadi program yang harus terus dikembangkan.
“Sekarang begini, jika tidak mampu untuk berkurban, alanglah baiknya untuk bersedekah terlebih dahulu. Seperti program RW mandiri yang sekarang sudah terasa efek positifnya dal membangun sebuah wilayah,” pungkasnya.
Komentar